entah apa yang ada dalam pikiranku saat ini,
entah apa yang kupikirkan akan hidup ini,
entah dimana engkau melemparkan senyuman ini,
entah bagaimana aku ungkapkan perasaan ini....
Banyak kata, angan, ungkapan dan tentunya do'a untuk Bunda Inong tercinta.
Do'a dan bunga ini kupersembahkan untukmu ...
Siang hari berdering handphone ku. Setelah di angkat ternyata dari Bunda Uceu yang sedang mengkoordinir kepergian kita ke tempat Bunda Inong di Buaran Jakarta. Hmm akhirnya akupun ikut pergi. Kami dari Bandung sangat berduka dan selalu mendo'akan Bunda yang kini tlah tiada.
Keberangkatan di mulai dari parkiran BIP. Bunda Uceu, BUnda Dini dan aku, sepakat bertemu di BIP. Hmm aku yang jelas dianter suami ke BIP nya. Setelah itu kami menjemput Ko Iwan dan Bunda Tyas. Setelah lengkap, kami langsung meluncur ke tempat duka di Buaran Jakarta Timur. Dalam perjalanan, kami ngalor ngidul cerita apapun yang bisa jadi bahan cerita.
Tak lupa aku bawakan bingkisan ini untuk Syifa yang ulang tahun.
Setelah beberapa kali salah ajalan, akhirnya kami sampai disana, dan ternyata Bunda sudah datang dan akan segera dibawa ke Masjid untuk di sholati.
Terlihat suami dan ayah Bunda sangat tegar dalam menghadapi kepergian Bunda Inong. Karena itu, "Ayo, kita juga harus tegar. Kalau Bunda tahu kita sedih dan tidak tegar juga pasti tidak akan suka. Mailah kita smua harus tegar, berilah contoh pada Zidan dan Syifa....". Hmm harapan ini selalu aku simpan dan mencoba untuk diterapkan. Namun, ketika bersalaman dengan suami Bunda yang sedang menggendong Syifa, sungguh tak tertahan air mata dan kesedihan ini, aku sungguh tidak tegar menghadapinya. Untuk memberi hadiahpun aku tak bisa, aku tak tahan melihat wajah polos Syifa. Sementara Zidan duduk simpuh di kelilingi sanak saudara yang mungkin sedang memeberinya penjelasan akan pertanyaan-pertanyaannya.
Tangis dan tangis... ternyata aku belum tegar.
Apakah aku belum siap mati????? Tanyaku dalam hati ...
Padahal aku pun akan begitu
meninggalkan semua...
Aku harus bersiap ternyata
karena aku tak tahu kapan giliranku ...
Dan tak lama kemudian juga, Bunda harus segera pergi.
Tak terungkap dengan kata, hanya gambar ini yang bisa aku ungkapkan. Karena sungguh gak tahan, dan aku merasa belum tegar. Kerabatpun limbung menyertai kepergianmu...
Selamat jalan Bunda Inong...
Kami yakin kau di tempat yang terindah
Zidan...
Syifa ...
Bunda pasti bahagia disana
karena itu kau harus tetap tegar dan tumbuh
Agar Bunda lebih bahagia lagi...
Kami yakin kamu bisa, karena ilmu yang sudah diberikan Bunda dan Ayah
Kami, dari jauh pun hanya bisa menatap kepergianmu...
Kami belum bisa ikut...
namun, giliran kamipun akan tiba walau dalam waktu yang belum kami tahu...
Lihatlah ...
Para bunda yang lain mengiringi kepergianmu ...
Saksi-saksi hidupmu pun melihatmu....
Setelah Bunda pergi, kamipun kembali ke rumah duka. Namun, tangis tak terhenti kembali ketika Syifa dan Zidan berlari mencari.... Iyah, mencari Bunda dan ayahnya yang sedang mengantar Bunda.....
Oh.... Zidan, Syifa ... tabahkan hatimu yah nak.... Tegarkan hatimu dan tunjukan pada dunia dengan semua ilmu yang sudah bunda berikan... Kalian pasti bisa....
Dari kejauhan akupun mengambilnya...
Tak lupa, kerabat dekat juga datang berbelasungkawa...
Akhirnya, salam dari kami yang berduka untuk semua yang berduka pula...
Walau dengan duka dan masih rindu Bunda, kami pun pulang ke Bandung.
Di bandung sudah di tunggu anak dan suami. Selamat jalan Bunda... tak ada yang dapat kami beri kecuali do'a...
Dengan kesedihan dan duka, kami beranjak pergi...
Kami masih berduka, namun ini pernah sebagai
"terimakasih" dari Bunda sebelum pergi ...
Akupun tak berkata lagi dan ingin mencari dan mencari bekal lagi ... :( :(
note:
saya tidak ada dalam gambar-gambar di atas karena saya yang jeprat jepret, maaf bila belum berkenan diterima gambar duka ini.Labels: Seasoning